Mengelola Keungan dalam Rumah Tangga

Diposting oleh chikuz - frizia | 10:46 PM


Sebelum Anda pasangan mulai merancang bagaimana bentuk pengelolaan keuangan rumah tangga, pertama-tama yang harus dilakukan adalah menghitung kewajiban finansial yang masih tertinggal. Kewajiban finansial ini dapat terjadi saat sebelum menikah atau sesudahnya, misalnya kewajiban membayar kartu kredit, asuransi, dan lain-lain. Sebab, saat Anda telah resmi menjalani kehidupan sebagai pasangan suami istri, pengelolaan finansial rumah tangga dilakukan satu "pembukuan keuangan", dimana diperlukan adanya keseimbangan "income dan outcome".

Selanjutnya, Anda dan pasangan mulai menghitung alokasi dana dengan mengelompokkan kedalam tiga bagian yaitu, overhead (makan dan transport), investasi, dalam bentuk tunai maupun kredit (membeli rumah, kendaraan, alat-alat elektronik, dan lain-lain), serta tabungan (asuransi dan deposito). Dari ketiga bagian tersebut harus memiliki nilai yang sama rata, yaitu sepertiga bagian. Jika Anda dan pasangan memiliki kebiasaan pergi berlibur setahun sekali bersama keluarga, maka alokasi dana yang diambil adalah bagian dari "tabungan" Anda.

Pemilihan tempat tinggal pun (bagi pasangan yang belum memiliki tempat tinggal sendiri) harus disesuaikan dengan kondisi keuangan Anda berdua, ukuran budget bagi pasangan baru, biasanya mereka mendapat tempat tinggal yang lokasinya cukup jauh dari pusat kota, dengan fasilitas yang sedang-sedang saja, akan tetapi memiliki potensi menjadi pusat keramaian. Alternatif lain, pasangan dapat memilih untuk tinggal di apartemen, hal ini mungkin dikarenakan terdapatnya nilai-nilai kemudahan yang ditawarkan, misalkan akses yang dekat dengan lokasi Anda atau pasangan Anda bekerja, fasilitas-fasilitas umum yang memadai (supermarket 24 jam, klinik kesehatan, klub kebugaran, area taman bermain untuk anak-anak, dan sebagainya).

Terkadang, uang memang seringkali menjadi penyebab terjadinya perceraian. Perselisihan mengenai keuangan bisa saja terjadi saat uang melimpah maupun disaat kekurangan. Bagi masyarakat Indonesia mungkin masih merasa risih bila harus membicarakan masalah keuangan dalam keluarga. Oleh karena itu, pasangan suami istri harus belajar saling terbuka mengenai keuangannya masing-masing. Kegagalan dalam membicarakan soal uang di dalam keluarga biasanya berpotensi menimbulkan permasalahan.

Banyak orang masih merasa bahwa membicarakan keuangan dalam keluarga adalah hal yang tabu. Namun, hal tersebut sudah seharusnya dibicarakan. Karena bila hal tersebut dibiarkan berlarut-larut apakah akan terselesaikan? Persoalan kecil bisa menjadi besar bila tidak diatasi dan diselesaikan dengan bijak. Oleh karena itu dalam hal keuangan keluarga sangat dibutuhkan sebuah pola pengelolaan dimana masing-masing individu di dalam keluarga (suami dan istri) memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Dengan pembagian tanggung jawab serta diskusi yang mendalam dapat meringankan persoalan yang mungkin timbul di masa mendatang. Berikut ini tiga tipe pengelolaan yang bisa Anda pilih sesuai dengan keinginan Anda bersama pasangan :

1. Uang bersama dan sistem amplop
2. Penghasilan suami istri langsung disatukan bersama. Setelah itu, gabungan kedua pendapatan langsung dialokasikan pada masing-masing pengeluaran rutin yang telah dihitung lebih dulu. Biasanya, setiap kebutuhan bisa menggunakan dengan satu amplop. Masing-masing kebutuhan pengeluaran tersebut, pada beberapa keluarga, bukan saja kebutuhan rumah tangga makan minum, dan listrik saja, tapi juga termasuk membayar kredit rumah, cicilan mobil, listrik, telepon, uang sekolah anak, asuransi dan kebutuhan mobil (bensin, servis berkala, kerusakan, dan lain-lain). Bahkan tabungan, pengeluaran pribadi ayah-ibu dan liburan pun jadi amplop tersendiri. Bila masih terdapat sisa, dapat dimasukkan ke dalam tabungan suami atau istri, atau khusus membuka lagi account di bank untuk tabungan bersama dari sisa pengeluaran setiap bulannya. Membagi berdasar persentase
3. Bentuk manajemen seperti ini adalah untuk membagi tanggung jawab dalam bentuk jumlah atau persentase seluruh kebutuhan keluarga setiap bulan yang dihitung termasuk kebutuhan darurat dan tabungan. Maka suami istri sepakat menyumbang sebesar jumlah tertentu untuk menutupi kebutuhan tersebut. Sisanya digunakan sebagai tabungan pribadi untuk kebutuhan pribadi. Misalnya, istri membeli parfum, lipstik, atau baju. Bisa juga tanpa menghitung kebutuhan keluarga terlebih dahulu, suami istri memberi kontribusi yang sama berdasarkan prosentase. Misalnya, 80 : 20. Artinya, masing-masing "menyetor" 80 persen dari gajinya. Sisa 20 persen disimpan untuk masing-masing. Jika bisa berhemat, dari uang bersama yang 80 persen, bisa tersisa untuk tabungan keluarga, di samping suami dan istri juga masing-masing punya tabungan pribadi. Membagi tanggung jawab
Suami istri bisa membicarakan hal ini sebelumnya, untuk memutuskan hal mana saja yang perlu menjadi tanggung jawab suami ataupun istri. Misalnya, suami mengeluarkan biaya untuk urusan "berat", seperti membayar kredit rumah, cicilan mobil, listrik, telepon, uang sekolah anak, kebutuhan mobil, dan asuransi. Sementara bagian istri adalah belanja logistik bulanan, pernak-pernik rumah, jajan, dan liburan akhir pekan dan tabungan. Dilihat dari jumlahnya, suami menanggung lebih banyak dana. Tapi istri juga punya peranan dalam kontribusi dana rumah tangga. Kalau ternyata istri yang memiliki pendapatan lebih besar, tentunya hal ini juga bisa dilakukan sebaliknya.

Jadi, Anda bisa memilih mana yang terbaik. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan tentunya kesepakatan antara suami dan istri. Diskusikan hal ini dengan pasangan masing-masing, agar persoalan keuangan keluarga bukan lagi menjadi masalah dalam keluarga. Namun, satu hal terpenting disini adalah saling keterbukaan serta menjalani kehidupan keluarga dengan tanggung jawab bersama.

Sumber Artikel
0 komentar